Monday, August 13, 2012

Zach De La Rocha (RATM) “Anger is a Gift”

0 comments
Zach De La Rocha adalah salah satu dari sekian nama besar dan paling di segani di dunia musik alternatif, terlebih oleh karena sikap militannya terhadap dunia politik dan pembawaan vokalnya yang terasa sangat penuh diwarnai dengan rasa amarah. Selama 8 tahun, semenjak 1992 hingga akhir tahun 2000, Zack menjadi vokalis utama band Rage Against the Machine yang beraliran Nu Metal (aliran musik yang menggabungkan antara rap dengan rock), yang kemudian digunakan olehnya terutama sebagai media untuk mengkampanyekan pandangan politiknya yang terlihat jelas berhaluan kiri dan selalu berseberangan dengan pemerintah. Rage Against the Machine dari mulai berdirinya memang sering sekali menyuarakan protes-protes terhadap berbagai macam ketidakadilan sosial, seperti yang menimpa suku Chiapas di Mexico dan penetapan hukuman mati bagi Mumia Abu Jamal, kebrutalan polisi Los Angeles, hingga pada sistem demokrasi di Amerika Serikat dan negara-negara liannya di dunia yang mereka anggap hanya berpihak pada sisi penguasa saja. Tidak hanya lewat musik, Zack juga melakukan berbagai aksi protes dan benar-benar melakukan apa yang ia yakini, apa yang ia nyanyikan dalam lagu-lagunya.
Zack De La Rocha seringkali memimpin berbagai macam protes dan demonstrasi khususnya terhadap pemerintahan Amerika Serikat yang mereka anggap telah menggunakan perang sebagai alat untuk menghancurkan setiap bagian di dunia agar mereka dapat terus berperan sebagai negara super power. 

Namun pada akhir 2000, beberapa saat sebelum album RATM terbaru “Renegades” diluncurkan, Zack memutuskan untuk keluar dari band yang telah membesarkan namanya itu. Ia menyatakan bahwa antara ia dan anggota band yang lainnya telah memiliki perbedaan dalam memandang idealisme kreatifitas seni mereka. Keputusan ini terutama di ambil, kabarnya, setelah Tim Commerford, basis RATM melakukan aksi memanjat salah satu bagian dari panggung MTV Video Music Award sebagai bentuk protes terhadap keputusan juri yang tidak adil di ajang penghargaan itu.

 Selepas dari RATM, Zack mulai melanjutkan berbagai proyek album solonya. Diantaranya ia telah bekerja sama dengan DJ Shadow, mengeluarkan single “March of Death” pada tahun 2003 sebagai bentuk ekspresi sikapnya yang antiperang. Bersamaan dengan peluncuran single tersebut ia mengeluarkan pernyataan yang mengritik invasi Irak oleh pemerintahan Bush


Selain itu ia juga tampil dalam berbagai konser-konser yang diadakan untuk menggalang dukungan bagi para petani yang tergabung pada South Central Farms dari tirani raksasa industri makanan cepat saji McDonalds.


Pada Januari 2007 akhirnya Zack dan teman-teman mantan anggota RATM, memutuskan untuk menyelenggarakan konser reuni di festival Coachella 2007. Reuni ini dilakukan sebagai alat untuk menyuarakan reaksi oposisi mereka terhadap telah jatuhnya pemerintahan Amerika Serikat ke dalam tangan-tangan pemerintahan sayap kanan yang haus peperangan semenjak bubarnya RATM. Di festival ini, Zack kembali mengeluarkan pernyataan, mengutip dari pernyataan yang dikeluarkan Noam Chomsky mengenai Nuremberg Principles yang menyerang seluruh presiden Amerika pasca perang dunia II
.
MASA LALU Dibalik semua aroma kemarahan yang mampu membuat para penggemarnya beraksi liar tersembunyi seseorang yang berniat untuk mengubah keadaan dunia. Dia adalah Zack De La Rocha yang terlahir dengan nama Zacarias Manuel De La Rocha. Ia dilahirkan di daerah Long Beach, California pada tanggal 12 Januari 1970. Kedua orang tuanya, Beto dan Olivia memutuskan untuk berpisah karena perbedaan keyakinan agama saat Zack masih berumur satu tahun.
Beto De La Rocha pada saat itu adalah seorang seniman mural yang memperjuangkan eksistensi kaum chicano atau peranakan Meksiko-Amerika lewat karya-karya mural mereka di dinding-dinding kota Los Angeles bersama teman-temannya yang tergabung ke dalam kelompok yang juga didirikan olehnya, “Los Four”. Sementara ibunya, Olivia tinggal di Irvine untuk mengejar gelar PhD di jurusan Antropologi, Universitas California. Pada saat itu, Irvine, lingkungan dimana Zack tinggal semasa kecil bukan merupakan lingkungan yang terdiri dari berbagai macam ras dan budaya.

 Pada tahun 1983, Beto menderita gangguan jiwa yang serius, yang menjadikannya sebagai seorang penganut Kristen yang fanatik. Ajaran Injil yang sangat ketat kemudian menjadi bagian dari keseharian hidupnya. Salah satu perintah Tuhan, "Thou shalt not make engraven image," diartikannya sebagai alasan untuk berhenti melukis dan menghancurkan seluruh hasil karya lukisnya. Tak lama kemudian, ia kemudian memutuskan untuk keluar dari kelompok ”Los Four”, yang mana ia dulu termasuk salah satu pendirinya. Di rumah, Beto kemudian menjadi seorang yang obsesif, memaksa Zack yang selalu mengunjunginya pada setiap akhir pekan untuk melakukan ritual keagamaan bersamanya. Zack kemudian dipaksa untuk menyepi di suatu kamar yang gelap dan berpuasa selama berhari-hari. Ia juga dipaksa untuk ikut menghancurkan lukisan-lukisan dan mural-mural buatan ayahnya yang disenangi oleh Zack kecil. Pada akhirnya, Zack tidak tahan dan memutuskan untuk kabur dari Beto, dan mulai saat itulah Zack tinggal secara seterusnya bersama ibunya.


Semasa Sekolah Menengah, Zack selalu dihantui oleh krisis identitas yang ada pada dirinya. Sebagai kelompok minoritas Chicano di lingkungan yang sebagian besar kulit putih meninggalkan meninggalkan bekas yang mendalam dalam diri Zack. Ia seringkali mendapat perlakuan tidak adil baik dari para teman-temannya maupun dari para guru-guru. Guru olahraganya bahkan pernah seringkali berkomentar yang bernada rasis kepada Zack, bahwa dengan seorang meksiko-amerika adalah orang yang bodoh dan sebagainya.
Zack pernah berkomentar mengenai masa kecilnya:


"I remember sitting there, about to explode. I realized that I was not of these people. They were not my friends. And I remember internalizing it, how silent I was. I remember how afraid I was to say anything"


Namun demikian, Zack selalu berusaha untuk merubah pandangannya mengenai dirinya sendiri dalam mengatasi masalah dalam lingkungannya:


" I told myself that I would never be silent again. I would never allow myself to not respond in that type of a situation - in any form, anywhere"

.

Pada masa ini Zack mulai mengajak teman-teman sekelasnya untuk menyadari keadaan sosial mereka dengan mengajak mereka ke Chiapas untuk melihat situasi yang dialami mereka di sana.

Depresi yang dialami Zack semasa kecilnya, membuatnya terpengaruh untuk memakai obat-obatan dan terlibat dalam sejumlah kenakalan remaja.
Inspirasi musik yang membuatnya sadar dan mendorongnya untuk terjun ke dalam dunia musik pertama kali datang dari band ”Sex Pistols” dan “Bad Religion”. Kemudian ia, bersama Tim Commerford membentuk band straightedge “Hardstance”, dimana ia mengambil posisi gitar dan vokal.

Setelah itu, ia mulai membentuk band profesional pertamanya “Inside Out”, namun karena salah satu anggota keluar untuk menjadi biksu, band tersebut bubar.
Selepas Inside Out, Zack mulai terpengaruh oleh musik-musik Hip-hop dan mulai menyanyi rap freestyle di klab-klab malam. Ia merasa bahwa dengan Rap, ia dapat menyalurkan semua kegundahan hatinya yang dideritany semenjak masa kecil. Ia mulai dapat mengekspresikan kemarahannya beserta seluruh pesan-pesannya secara efektif melalui musik rap. Sampai suatu ketika, Tom Morello, terkesima dengan penampilan Zack, dan mengajaknya membentuk Rage Against the Machine.
CITA-CITA Dilihat dari perjuangan-perjuangan yang dilakukannya, menentang segala bentuk macam tirani mayoritas yang menjadi penguasa, mulai dari dukungannya kepada suku Chiapas, usaha pembebasan Mumia Abu-Jamal yang dituduh telah menembak mati Daniel Faulkner, seorang polisi LA, dukungan-dukungannya terhadap petani melawan aksi semena-mena perusahaan korporat multinasional, serta penentangannya pada invasi irak oleh Amerika Serikat, terlihat bagaimana ia terinspirasi untuk selalu membela kaum minoritas yang selalu mendapatkan perlakuan tidak adil dari lingkungan mayoritas.
Dengan lingkungan semasa kecil, sebagai minoritas Chicano di tengah mayoritas kulit putih, menjadi pendorong untuk “tidak diam” tapi “selalu menyuarakan ketidakadilan sosial”. Maka, jadilah ia dengan segala pembawaan dirinya, selalu berupaya untuk merubah keadan dunia yang sudah sedemikian parahnya dikuasai oleh sistem yang tidak adil terhadap kaum minoritas. Pendidikan di Amerika, dan juga sebagaimana terlihat pada negara-negara yang mengacu pada Amerika, seperti bangsa kita ini, dianggap hanya sebagai salah satu alat penguasa untuk menanamkan nilai-nilai obedience dan kepasifan pada anak-anak didik mereka. Seakan alternatif lain, diberangus oleh ancaman-ancaman, mulai dari bentakan-bentakan, larangan mengikuti ujian akhir, sampai kepada ancaman DO dari sekolah.


KATA MUTIARA YANG SENANTIASA DIPEGANG 
Zack seringkali berujar bahwa kemarahan yang ada pada dirinya adalah suatu pemberian yang perlu disyukuri. “Anger is a Gift”, begitu ia selalu berkata, yang tampaknya memang selalu dipraktekkan terutama dalam konser-konsernya, maupun saat ia menjadi aktivis menentang tirani penguasa. Kemarahannya digunakan sebagai media perjuangannya, setiap luapan teriakannya disambut dengan berbagai aksi protes melawan tirani.

kaskus

Friday, July 06, 2012

Para Peneliti Selidiki Jejak Amelia Earhart//Researchers investigate trail amelia earhart

0 comments
Para peneliti sedang menyelidiki kelanjutan nasib Amelia Earhart setelah dia menghilang di Samudera Pasifik 75 tahun yang lalu. Mereka terbang menuju Hawaii dalam sebuah ekspedisi bernilai $ 2 juta (Rp 19 miliar) pada Selasa untuk mencari puing pesawat Earhart di sebuah pulau terpencil. Mereka yakin, Amelia Earhart meninggal setelah terdampar di sana. Para peneliti akan menempuh perjalanan 2.900 kilometer dengan kapal dari Honolulu hingga Nikumaroro di Republik Kiribati, yang mereka yakini sebagai tempat pesawat Lockheed Electra milik Earhart tenggelam
Para peneliti juga menduga, Earhart (pilot perempuan pertama yang menyeberangi Samudera Atlantik) berhasil bertahan beberapa pekan atau bulan pada 1937 setelah kecelakaan tersebut. Richard Gillespie, direktur eksekutif The International Group for Historic Aircraft Recovery (TIGHAR), menduga pesawat Earhart tersapu arus beberapa hari setelah Earhart dan navigatornya, Fred Noonan, mendarat di Nikumaroro, sekitar 644 km sebelah tenggara tujuan awal mereka, Howland Island. Keduanya meninggalkan Papua Nugini pada 2 Juli dalam misi Earhart mengelilingi dunia lewat jalur khatulistiwa. Gillespie mengatakan, bukti nyata yang dikumpulkan pada perjalanan sebelumnya ke Nikumaroro menjadi bukti kuat untuk teorinya yang menyatakan bahwa Earhart meninggal setelah terdampar. Terutama mengingat kondisi keras yang ada di pulau tersebut. Barang-barang yang ditemukan antara lain sebuah kemasan krim anti-bintik-bintik kulit yang pernah populer pada 1930-an, resleting pakaian dari dekade yang sama, pisau lipat yang sama seperti yang selalu dibawa Earhart, dan tumpukan tulang ikan dan burung yang menjadi bukti kedua penerbang tersebut mencoba untuk bertahan hidup. “Kami memiliki petunjuk seberapa lama dia bertahan,” ujar Gillespie. “Berdasarkan jumlah tulang-tulang tersebut, dia mungkin bertahan hidup beberapa pekan atau berbulan-bulan. Ini merupakan kisah hidup Amelia Earhart yang tidak diketahui oleh siapa pun. Ini merupakan hal yang heroik.” Ditemukannya tulang-belulang ikan di tempat yang diduga merupakan kemah Earhart membuat Gillespie yakin, hewan-hewan tersebut dikonsumsi oleh Earhart dan rekannya yang merupakan orang Barat. “Penduduk asli Pasifik biasanya memakan kepala ikan. Itu merupakan bagian terenak menurut mereka. Namun orang tersebut tidak memakan kepala ikan,” ujarnya. “Kami menemukan kulit kerang besar... Penduduk asli Pasifik akan menangkapnya saat terbuka dan memotongnya. Ada beberapa kulit kerang di perkemahan tersebut yang dihancurkan,” imbuhnya, seraya menambahkan bahwa kulit kerang lainnya dipakai sebagai penadah air hujan. “Kami menemukan botol terdapat di dekat api unggun, dengan bagian bawah meleleh namun bagian atasnya tidak rusak, dan kawat yang dibuat menjadi kumparan. Tampaknya seseorang memasak air tersebut agar aman untuk diminum. Sisa tengkorak Para peneliti juga menemukan serpihan tulang yang menurut Gillespie sudah terlalu rusak untuk diambil sampel DNA-nya. Gillespie meyakini, bagian kerangka tersebut, yang ditemukan oleh seorang petugas dari Inggris pada 1940, merupakan kerangka Earhart. Kerangka tersebut sudah dibawa ke Fiji. Seorang dokter di sana menyimpulkan bahwa kerangka tersebut milik seorang pria, namun Gillespoe mengatakan bahwa pemeriksaan ulang dari dimensi tulang mengindikasikan bahwa serpihan tersebut merupakan kerangka seorang wanita Kaukasian. Selain kerangka, juga ditemukan sepatu pria dan wanita dan sebuah kotak sekstan (alat navigasi darat). Apa yang terjadi pada serpihan tulang masih menjadi misteri. Gillespie bertolak ke Fiji bersama rombongannya musim panas lalu untuk mencoba menemukannya dengan berbekal rekaman tulang yang lama. Dia mengatakan bahwa mereka memang menemukan sekotak tulang-tulang, namun pengujian menunjukkan bahwa tulang tersebut adalah milik seorang wanita Polynesia. Kekecewaan serupa juga pernah terjadi sebelumnya dalam penelitian yang dilakukan Gillespie selama 24 tahun untuk memecahkan misteri kematian Earhart. Pada suatu ketika TIGHAR meyakini bahwa mereka telah menemukan tempat buku navigator dari pesawatnya. Pernah juga mereka menganggap akan menemukan pesawat Earhart di danau pinggir laut. Namun keduanya terbukti salah. Gillespie mengatakan bahwa tidak ada bukti mengenai nasib navigator Earhart, Fred Noonan. “Kami tidak tahu banyak tentang Fred. Serpihan kerangka yang ditemukan pada 1940 merupakan milik seorang wanita yang meninggal di dekat perkemahan.” Dia membuat teori bahwa pun jika Earhart menangkap ikan dan burung, dia masih bisa mati karena kelaparan, atau menghadapi bahaya lainnya. “Anda bisa mendapatkan makanan, namun Anda tidak mempunyai cukup kalori untuk menggantikan kalori yang Anda habiskan untuk menangkapnya. Karangnya licin dan jika Anda terluka karenanya akan mengakibatkan infeksi dan dapat berujung pada keracunan darah. Atau mungkin ada cedera akibat pendaratan atau jatuhnya pesawat tersebut.” Dalam sembilan perjalanan sebelumnya, Gillespie sudah merasakan sendiri betapa kerasnya bertahan hidup di tempat tersebut. “Pulau tersebut terletak empat derajat sebelah selatan khatulistiwa. Mataharinya sangat terik. Tidak ada air bersih. Ketika Anda ingin ke darat Anda harus memotong jalan melalui hutan hingga pinggiran danau dekat laut. Hiu sirip hitam juga memenuhi tempat tersebut.” Dalam ekspedisi selama bertahun-tahun, Gillespie selalu menerka-nerka bagaimana Earhart mengumpulkan air, karena wadah yang mereka temukan hanya merupakan botol kosmetik berukuran kecil. “Kemudian dalam ekspedisi terakhir turun hujan lebat dan badai saat kami sedang menyusuri hutan. Pohon Boca memiliki daun yang besar,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa air hujan dapat tertampung di dedaunan di tanah. “Dengan satu botol kecil Anda dapat mengumpulkan air dari pohon dan akar.” Yahoo.co.id
 

Copyright 2008 All Rights Reserved LIQUID LOVEcratcretcrot