Sayangnya ada beberapa cerita rakyat yang bersifat kontroversial karena
dianggap tidak layak untuk anak sebut saja Sangkuriang. Cerita yang
mengisahkan seorang anak jatuh cinta dengan Ibunya sendiri.
Kendati demikian, cerita rakyat tetap menjadi sarana pembelajaran bagi anak.
Sebab itu orangtua perlu memperkenalkannya pada anak sedini mungkin. Melalui
cerita rakyat, orangtua bisa menanamkan beragam nilai moral untuk
menstimulasi kecerdasan sosialnya, misalnya manfaat bersikap jujur, setia
kawan, bertanggung jawab, berusaha, takwa terhadap tuhan YME, dsbnya.
Nilai-nilai yang disampaikan melalui tokoh-tokoh dalam cerita menjadikannya
mudah diterima dan diserap oleh anak.
Orang tua juga bisa mengenalkan anak pada pola bahasa, mengembangkan
perbendarahaan kata, mendorong seni mendengar, dan melatih kemampuan
visualisasi (menjadikan anak lebih kreatif). Selain itu juga melatih anak
berpikir rasional dan praktis, menyelesaikan masalah, serta mengambil
keputusan. Anak akan belajar melalui pengalaman yang dihantarkan melalui
tokoh dalam cerita.
Dikarenakan setiap daerah memiliki cerita rakyat sendiri, maka anak pun
belajar mengenal khasanah budaya di Indonesia. Anak pun akan diperkenalkan
pola kebiasaan manusia atau yang dinamakan tradisi. Namun sebelum orangtua
mendongengkan cerita rakyat, sebaiknya teliti terlebih dulu memilih cerita
yang tepat untuk si kecil. Berikut tips nya :
1. Cermati alur ceritanya, pilih yag sesuai dengan nilai-nilai yang akan diajarkan.
2. Sebaiknya sesuaikan materi cerita dengan tahapan usia anak, jika mengandung sedikit unsur roman sebaiknya tidak diceritakan pada anak usia di bawah 8 tahun.
3. Berikan cerita dalam bahasa yang baik.
4. Selipkan pengetahuan seputar kebudayaan dari cerita rakyat tersebut
misalnya nama rumah adat, pakaian dan tarian tradisionalnya, dan sebagainya.
Selain bahan cerita yang menarik bagi anak, orangtua perlu dibekali
pengetahuan teknik bercerita yang baik. Aplikasikan triknya di bawah ini :
1. Sertakan emosi saat membacakan cerita. Ditambah akting yang meyakinkan
sehingga anak dapat ikut menghayati jalan ceritanya.
2. Bedakan mimik, ucapan, dan nada suara untuk mengidentikkan diri dengan
tokoh dalam cerita. Variasikan kecepatan, irama suara sesuai kebutuhan teks.
Misalnya untuk membangun ketegangan-ketegangan. Lakukan secara wajar karena
jika berlebihan, yang diingat anak justru suara Anda dan bukan ceritanya.
3. Lakukan kontak mata dengan anak. Ciptakan suasana yang nyaman baginya
misalnya dengan bercerita sambil memeluk anak.
4. Ajukan pertanyaan pada anak untuk mengetahui apakah cerita yang kita
sampaikan benar-benar diperhatikan. Doronglah anak untuk bertanya dan
mengomentari cerita tersebut dan tanyakan kembali isi cerita tersebut kepada
anak. Evaluasi terus cara kita mendongeng, bisa juga didiskusikan dengan
anak.
0 comments:
Post a Comment